TNO, BELOPA LUWU – Insiden mengejutkan terjadi saat puluhan murid karateka bersiap mengikuti latihan bersama dan ujian kenaikan sabuk di Belopa minggu 20 Juli 2025 pagi. Makanan yang disiapkan panitia untuk sarapan, berupa nasi kuning, ditemukan dalam kondisi tidak layak konsumsi karena dipenuhi belatung yang masih hidup. Belopa, Selasa, 22 Juli 2025.
Dari keterangan yang dihimpun di lokasi kejadian. Jika Nasi kuning tersebut dipesan oleh panitia di Warung Dapur Belopa, salah satu warung makan yang cukup dikenal di daerah belopa. Namun nahas, kekecewaan mendalam dirasakan para orang tua murid (Ortu) saat membuka bungkusan nasi kuning yang lauknya ayam goreng kecap, ternyata dipenuhi ulat atau belatung hidup.
“Saya kaget sekali waktu buka ayamnya, belatungnya hidup dan bergerak. Langsung saya suruh anak saya berhenti makan” Ungkap salah satu orang tua murid yang ikut mendampingi anaknya pada kegiatan tersebut.
Panitia pun sangat terkejut dan panik mengetahui nasi kuning yang mereka pesan ternyata tidak layak konsumsi. Diketahui, jumlah nasi kuning yang dipesan sebanyak 42 bungkus.
Diduga, ayam yang digunakan dalam menu tersebut sudah dalam kondisi busuk namun tetap dimasak dan disajikan.
Beberapa murid diketahui sempat menyantap beberapa suap nasi sebelum belatung terlihat. Namun belum ada laporan terkait keluhan kesehatan akibat mengonsumsi makanan tersebut. Demi keamanan dan mencegah risiko lebih lanjut, seluruh nasi kuning akhirnya dibuang oleh panitia.
Saat dikonfirmasi oleh media, owner Warung Dapur Belopa membantah bahwa nasi kuning tersebut dimasak langsung olehnya. Ia mengaku hanya memesan di tempat lain, lantaran stok di warungnya saat itu telah habis.
“Bukan saya yang buat itu, saya juga hanya memesan ke orang, stok saya sudah habis. Ada bukti chat-nya kalau saya pesan ke orang lain” Kilah owner Dapur Belopa melalui pesan WhatsApp.
Meski begitu, pemilik warung mengganti pesanan nasi kuning dengan bubur secara gratis. “Saya sudah mengganti semua, saya tanggung semua. Saya ganti dengan bubur dan saya juga gratiskan” Lanjutnya.
Peristiwa ini menuai perhatian publik dan menjadi pembelajaran bagi pelaku usaha kuliner agar lebih serius 6menjaga kualitas makanan. Apalagi jika dipesan dalam jumlah besar dan dikonsumsi oleh anak-anak. (*)
















